Dukuh ialah suatu tempat yang terdapat di Batang Suhaid tepatnya
diujung kampung yang lebih dikenal
sebagai lokasi pemakaman para leluhur serta keturunan raja Nanga Suhaid.
Kerajaan Nanga Suhaid dipimpin oleh seorang raden yang bernama Patah. Raden patah merupakan salah satu dari sembilan bersaudara, anak dari raja yang pernah
memimpin di induk kerajaan Kapuas Hulu tepatnya di Putussibau. Konon kerajaan yang
dipimpin oleh Raden Patah tersebut awalnya berpusat di Batang Suhaid.
Pemakaman Dukuh merupakan salah satu kearifan
lokal yang dimiliki oleh kecamatan Suhaid. Konon katanya setiap masyarakat yang
bekerja disekitar areal pemakaman Dukuh sering melihat hal hal yang bersifat
mistis. Adapun hal hal mistis yang sering ditemui masyarakat pada saat itu
seperti terlihatnya puing puing cahaya yang tinggi dan muncul dari pohon kayu
ara yang berada disekitar pemakaman tersebut (ungkap ngah alim dan wak saudi
saat nyuluh ikan gurami ).
Areal pemakaman dukuh ini cukup eksotis dan memiliki
karakteristik yang begitu unik yaitu dikelilingi oleh sungai dukuh dan merupakan
daratan yang berbukit sehingga terlihat mencolok dari kejauhan. Arealnya cukup
seram dan bagus untuk uji nyali. Tak kalah hebohnya juga masyarakat sering
hilang dan terkadang tiba2 saja menjelma di sekitar wilayah tersebut.
Panorama alam yang disuguhkan dukuh begitu indah dan mempesona sehingga melahirkan gladiator gladiator cinta, tempat tersebut bernama Entinum dan Batu garam. Daerah ini menarik begitu besar minat wisatawan untuk berdatangan baik yang berasal dari dalam negeri maupun manca negara. Pengunjung yang sering datang ke tempat ini sebagian besar adalah masyarakat Nanga Rindit, Batang Suhaid, dan beberapa bule dari tanah Eropa. Seiring meningkatnya peradaban tersebut Entinum dan Batu Garam mampu menyita perhatian publik dan wisatawan manca negara. Penghasilan dari kunjungan para wisatan mampu mendongkrak pendapatan Devisa kerajaan ini pada zaman dahulunya.
Daerah ini juga memiliki kekayaan alam yang melimpah yaitu memiliki kandungan mineral alam berupa fospat, asam sitrat, Natrium Bikarbonat, Aspartam , Maltodekstrin dan yang paling penting terdapat kandungan unsur emas yang sangat banyak didalamnya. Sampai saat ini belum ada yang berani menggali emas diwilayah tersebut. Konon wilayah tersebut dijaga oleh tiga buaya yaitu Buaya Hitam, Buaya Putih dan Rabin Kunin. Demikian penuturan dari Agan dan Mas Piun Ketika memasang bubu.
Cerita ini masih panjang dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membacanya sampai selesai, namun penulis hanya menuliskan lembaran pertama saja dari cerita yang terdapat didalam sebuah kitab yang diturunkan oleh cucu terakhir Raden Patah ini. adapun judul kitab ini masih belum jelas, karena pada bagian kulitnya masih tertutup debu tua. Debu-debu tersebut amat tebal dan susah untuk dilepaskan. jika kulit kitab ini sudah bersih dari debu tua tersebut maka penulis akan mempublikasikannya.
Daerah ini juga memiliki kekayaan alam yang melimpah yaitu memiliki kandungan mineral alam berupa fospat, asam sitrat, Natrium Bikarbonat, Aspartam , Maltodekstrin dan yang paling penting terdapat kandungan unsur emas yang sangat banyak didalamnya. Sampai saat ini belum ada yang berani menggali emas diwilayah tersebut. Konon wilayah tersebut dijaga oleh tiga buaya yaitu Buaya Hitam, Buaya Putih dan Rabin Kunin. Demikian penuturan dari Agan dan Mas Piun Ketika memasang bubu.
Cerita ini masih panjang dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membacanya sampai selesai, namun penulis hanya menuliskan lembaran pertama saja dari cerita yang terdapat didalam sebuah kitab yang diturunkan oleh cucu terakhir Raden Patah ini. adapun judul kitab ini masih belum jelas, karena pada bagian kulitnya masih tertutup debu tua. Debu-debu tersebut amat tebal dan susah untuk dilepaskan. jika kulit kitab ini sudah bersih dari debu tua tersebut maka penulis akan mempublikasikannya.
Kitab tersebut merupakan tonggak sejarah yang memuat rangkaian cerita tentang ribuan karakteristik Batang Suhaid baik yang berada pada lapisan alam bawah tanahnya maupun kekayaan alam yang berada di atas permukaan, sebagian juga mengungkapkan tentang cerita dunia dari alam lain maupun yang berhubungan dengan dunia nyata, sebagian juga merupakan fiktif belaka dan belum direvisi yang mana apabila terdapat kesamaan nama atau tokoh didalamnya hanyalah merupakan kebetulan belaka.
Inilah profil dari Raden patah yang terdapat didalam sebuah kitab yang diwariskan oleh cucu terakhir dari Raden Patah. Raden Patah adalah pemimpin dari Kerajaan Batang Suhaid. kerajaan ini merupakan kerajaan yang sangat termasyur, kaya raya akan adat yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. semenjak kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di tahun 1945, Kerajaan ini bergabung menjadi wilayah kesatuan RI sampai sekarang wilayah yang di pimpin oleh Raden Patah ini sering dikenal dengan nama Batang Suhaid.
Foto ini diambil ketika Raden Patah ingin mempersunting istrinya yang bernama Dayang Sumpit. Saat itu Raden Patah menyunting istrinya dengan mas kawin kebun karet dua bidang, sebuah rumah goyang dan satu buah lantin untuk permandian.
Setelah Bertanya kembali kepada para tetua dan tokoh masyarakat ternyata cerita di atas masih mengalami sedikit saja kejanggalan. Cerita tersebut semakin berkembang namun tetap mengalami revisi demi perubahan agar menjadi sebuah cerita rakyat yang lebih baik. Potongan cerita ini mengungkapkan karakteristik Batang Suhaid yang sesungguhnya mengenai realita kehidupan dari gambaran khusus terhadap segelintir cerita yang ada di masyarakat. cerita-cerita inilah yang mengisi manisnya hingar bingar keramaian penduduk di Batang Suhaid. Adapun sekelebat cerita tersebut yang sebenarnya adalah seperti dibawah ini.
Karakteristik Lokal Batang Suhaid
Dukuh ialah
suatu tempat yang masih menjadi bagian dari Batang Suhaid. Tempat ini tepatnya berada
diujung kampung yang lebih dikenal masyarakat
setempat sebagai lokasi pemakaman para leluhur serta keturunan raja Nanga Suhaid.
Kerajaan Nanga Suhaid dipimpin oleh seorang raden bernama Raden Patah. Beliau
merupakan salah satu dari sembilan bersaudara, anak dari raja yang pernah
memimpin di induk kerajaan Kapuas Hulu tepatnya di Putussibau. Konon kerajaan
yang dipimpin oleh Raden Patah tersebut awalnya berpusat di Batang Suhaid. Abad
kejayaan kerajaan ini berakhir setelah terjadinya tragedi kebakaran yang
meluluh lantakkan sebagian besar rumah warga di kerajaan tersebut. Akhirnya
kerajaan ini memulai peradaban baru dan berpindah ke bagian hilir Batang
Suhaid.
Pemakaman dukuh
menjadi saksi bisu dari peradaban agama islam yang telah lama masuk dan
berkembang di Nanga Suhaid. Banyak ditemukan pemakaman yang bertuliskan
huruf-huruf arab pada batu nisannya. Bebarapa batu nisan tersebut telah menjadi
fosil yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Kuburan tersebut berjejeran dari
kaki sungai hingga bagian puncak perbukitan di areal tersebut. Pemakaman
keturunan raja yang nisannya bertuliskan huruf arab banyak ditemukan dibagian puncak.
Bagian puncak pada areal pemakaman ini sudah sangat padat sehingga pemukiman
para warga terletak dibagian bawah dan pesisir sungai Dukuh tersebut.
Pemakaman
Dukuh merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh kecamatan Suhaid.
Konon katanya setiap masyarakat yang bekerja disekitar areal pemakaman Dukuh
sering melihat hal hal yang bersifat mistis. Adapun hal hal mistis yang sering
ditemui masyarakat pada saat itu seperti terlihatnya puing puing cahaya yang
tinggi (leak) dan muncul dari pohon kayu ara dan pohon rengas yang berada disekitar pemakaman tersebut
(ungkap ngah alim dan wak saudi saat nyuluh ikan gurami ).
Areal
pemakaman dukuh ini cukup eksotis dan memiliki karakteristik yang begitu unik
yaitu dikelilingi oleh sungai dukuh dan merupakan daratan yang berbukit
sehingga terlihat mencolok dari kejauhan. Arealnya cukup seram dan bagus untuk
uji nyali. Tak kalah hebohnya juga masyarakat sering hilang dan terkadang tiba2
saja muncul di sekitar wilayah tersebut.
Daerah dukuh
juga menyuguhkan panorama alam yang begitu indah dan mempesona. Pada pagi dan
sore kita bisa menikmati keindahan dan kesegaran alam daerah tersebut. Dearah eksotis
yang terbentang di pesisir bagian hulu sungai Batang Suhaid tersebut bernama
Entinum dan Batu garam. Daerah ini menarik begitu besar minat wisatawan untuk
berdatangan baik yang berasal dari dalam negeri maupun manca negara. Pengunjung
yang sering datang ke tempat ini sebagian besar adalah masyarakat Nanga Rindit,
Batang Suhaid, dan berbagai tamu-tamu mereka dari luar kota dan luar negeri.
Tak
terbantahkan lagi Dukuh juga memiliki kekayaan alam yang melimpah yaitu
memiliki kandungan mineral alam berupa Posfat, Mangan, Calsium, Kalium dan yang
paling penting terdapat kandungan unsur emas yang sangat banyak didalamnya. Namun
sampai saat ini belum ada masyarakat yang berani menggali emas diwilayah
tersebut. Konon wilayah tersebut dijaga oleh tiga buaya yaitu Buaya Hitam,
Buaya Putih dan Rabin Kunin. Demikian penuturan dari Agan dan Mas Piun Ketika
memasang bubu.
Masyarakat
Batang Suhaid yang memiliki hobi dan profesi menangkap ikan, sangat gemar
berburu dan menangkap ikan di Entinum dan Batu Garam. Tatkala sang fajar tiba,
masyarakat sudah memulai aktifitasnya ditempat eksotis dengan panorama alamnya
ini. Namun demikian tak jarang juga masyarakat yang memasang bubu, pukat,
rabai, atau pun yang sedang melintasi daerah ini melihat kemunculan buaya
ditepi sungai. Agan dan maspiun adalah beberapa dari masyarakat yang pernah
melihat fenomena kemunculan buaya. Selain itu masyarakat lainnya juga sering
menemukan penjelmaan buaya. Tak hanya buaya hitam namun juga buaya putih yang
lebih sering ditemukan di wilayah Batu Garam.
Aneh tapi
nyata memang, kemunculan buaya putih ditempat ini bukanlah buaya albino atau
akibat dari penyimpangan gen. Namun buaya putih ini dianggap sebagai penjelmaan
dari alam gaib yang memiliki kaitan erat dengan manusia. Beberapa penduduk yang
memiliki indera keenam sudah terbiasa dengan kedatangan buaya putih ini. Ada
juga diantara mereka yang memang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan
buaya. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mendeteksi keberadaan buaya putih
pada waktu tertentu.
Arus sungai
batang suhaid yang tidak terlalu deras menyimpan kekayaan beragam jenis ikan
yang hidup didalamnya. Lembutnya nuansa flora air yang menjadi habitatnya membuat
ikan ikan tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Semakin banyak nelayan dan
penghobi yang menangkap dan memburu ikan, semakin banyak macam jenis senjata
dan perangkap ikan juga tak begitu berpengaruh mengancam eksistensi ikan
ikan di kawasan Batang suhaid. Masyarakatnya cukup sejahtera walaupun
semisalnya hanya bekerja memasang rabai dan memancing saja, dari hasil penjualan
ikan yang didapatkannya saja sudah mampu membiayai kehidupan keluarganya.
Wilayah Batu
Garam sungguh merupakan anugerah yang luar biasa bagi masyarakat Batang Suhaid.
Keseimbangan ekosistem yang masih terjaga membuat kehidupan masyarakatnya aman,
tentram dan damai. Tatkala musim kemarau datang masyarakatnya asik memungut
ikan yang mabuk akibat racun toba dari penduduk suku suwait mantan di uncak
hulunya, ataupun mereka dengan mudahnya berburu dan menangkap ikan di alur
dasar sungai yang menyempit. Tatkala musim pasang datang masyarakat pun tetap
tenang karena cukup dengan memasang perangkap bubu dan pukat saja masih mudah
mereka mendapatkan ikan untuk kebutuhan mereka.
Berbagai
macam jenis ikan hasil tangkapan masyarakat juga dimanfaatkan untuk berbagai
macam kegunaan. Kebanyakan masyarakat menjual ikan hasil tangkapan mereka
langsung dalam bentuk segar. Ada juga ikan yang di awetkan dulu yaitu disalai
atau dijadikan ikan asin untuk kemudian baru dijual. Namun ikan yang ukurannya
kecil dijadikan pakan bagi ikan yang mereka pelihara ditambak atau untuk pakan
ikan Arwana yang hampir setiap warga Batang Suhaid memeliharanya di akuarium
sebagai hiasan didalam rumah. Ikan Arwana memiliki harga yang fantastis hal inilah yang memberikan dampak kemakmuran bagi sebagian besar masyarakatnya (penjelasan tentang arwana akan kita jelaskan
pada laman berikutnya di episode yang akan datang).
Berbagai
cerita dari Batang Suhaid seperti ditemukannya Siluk Berantai yang dijaga oleh
ular dan buaya, ditemukannya Sepasang Meriam Emas, Tragedi Kebakaran, Sejarah
Entinum dan Batu Garam beserta cerita rakyat lainnya masih belum sempat diceritakan
pada laman ini namun akan dilanjutkan pada laman berikutnya sesuai isi kitab
peninggalan cucu terakhir dari Raden Patah maka jangan kemana-mana, TETAPLAH di
BATANG SUHAID ........
Tentang Penulis;
Name: Muhammad Alhuzaifi (jefi)
TTL : 04 Februari 1991
Hobby : Travelling
Activity: Kuliah, Swimming, Fitness dan Ngerabai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar